[Khazanah]:Penyakit ‘ain atau pandangan mata adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang dianggap menakjubkan disertai dengan rasa dengki, sehingga mengakibatkan bahaya terhadap yang dipandangnya. ‘ain juga dapat terjadi dari pandangan yang penuh kekaguman tanpa disertai rasa dengki, bahkan bisa terjadi dari orang yang shalih. Sebagaimana pernah terjadi pada sahabat Nabi, Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain dari sahabat yang lain, yaitu Amir bin Rabiah.
Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat bahwa pujian kepada seorang anak akan menyebabkan sakit. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rosululloh bersabda, ‘ain itu benar adanya. Seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, tentu akan didahului oleh ‘ain.”
Jadi bukanlah pujian yang menyebabkan dampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari pandangan mata sang pemujinya, baik pujian itu karena ada rasa iri atau karena benar-benar ada kekaguman.
Pendengar yang budiman, berikut ini terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindarkan anak dari penyakit ‘ain, di antaranya adalah:
Pertama, Melindungi diri dan anaknya dengan membaca ruqyah-ruqyah yang diajarkan dalam Islam dan membaca do’a, “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari setiap setan, binatang berbisa, dan dari setiap mata yang jahat.” (Riwayat Bukhori)
Kedua, Juga membaca do’a yang digunakan Rosululloh untuk melindungi Hasan dan Hus’ain, “Aku berlindung kepada Alloh untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Alloh yang sempurna, dari segala setan, binatang yang berbisa, dan pandangan mata yang jahat.”
Ketiga, Siapapun orangnya jika melihat sesuatu yang baik ada pada dirinya, anaknya, hartanya atau yang lainnya yang menakjubkan dirinya, hendaklah membaca do’a, “ Masya Alloh (atas kehendak Alloh), tidak ada kekuatan melainkan hanya dengan (pertolongan) Alloh. Ya Alloh, berikan berkah padanya.”
Keempat, Sebaiknya orang tua tidak mengungkapkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anaknya, karena hal itu dikhawatirkan akan menimbulkan iri pada orang lain.
Adapun jika anak tersebut terkena ‘ain, maka hal-hal yang perlu untuk dilakukan adalah:
Jika pelakunya diketahui, maka orang tersebut diperintahkan untuk berwudhu. Bekas wudhu orang tersebut digunakan untuk memandikan anak yang terkena ‘ain.
Tapi jika tidak diketahui, maka perbanyaklah membaca surat Al-Ikhlas, muawwidzat’ain An-Nas dan Al-Falaq, Al-Fatihah, ayat Kursi, 2 ayat terakhir surat Al-Baqarah, dan mendo’a kan dengan do’a-do’a yang disyariatkan. Membaca pada air disertai tiupan, kemudian diminumkan pada anak yang sakit dan sisanya disiramkan ke tubuhnya, atau dibacakan pada minyak dan minyaknya dioleskan ke tubuhnya. Lebih baik lagi jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam.
Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis, yaitu ‘ain insi atau ‘ain yang berunsur manusia, dan ‘ain jinni atau ‘ain yang berunsur jin.
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim serta yang lainnya, diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata, ”Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain.
Al-Hus’ain bin Mas’ud Al-Farro berkata: Adapun sabda beliau “sa’fatun” yang berarti kusam adalah bermakna “Nadzrotun”, yaitu terkena ‘ain dari unsur jin.
Bayi yang baru lahir dan anak-anak sangat rentan terkena penyakit ‘ain. Apalagi jika bayi atau anak itu mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki bayi atau anak yang lain, seperti kelucuannya, rupanya yang manis, kesehatannya, dan lain-lain yang mengundang perhatian siapa saja yang melihatnya.
Adapun diantara tanda-tanda anak yang terkena pengaruh buruk ‘ain adalah :
Pertama, Tangisan yang tidak wajar yang tidak kunjung berhenti, kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang jelas.
Dalam shahihul Jami’ disebutkan bahwa Aisyah radhiyallohu ‘anha berkata: “Suatu ketika Nabi masuk (rumahnya) kemudian mendengar bayi sedang menangis. Beliau berkata, ”Mengapa bayi kalian menangis? Mengapa tidak kalian bacakan ruqyah-ruqyah (supaya sembuh) dari penyakit ‘ain?”
Kedua, Kondisi tubuh yang sangat kurus kering
Sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Ahmad dan Baihaqi, dari Jabir rodhiyallohu anhu bahwa Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam memberi rukhshoh atau keringanan bagi anak-anak Ja’far memakai bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata kepada Asma’ binti Umais, ”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab: “tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘ain.” Nabi bersabda, ”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!”
Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri. Pelakunya termasuk jenis manusia yang paling jahat.
Namun terkadang pengaruh buruk ‘ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang yang memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu pengaruh buruk ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya. Hal ini pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal hati mereka terkenal bersih, tidak ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya. Akan tetapi dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ‘ain ini dapat terjadi diantara mereka.
Pendengar yang budiman, demikianlah apa yang dapat kami ulas di kesempatan kali ini mengenai pengertian dari penyakit ‘ain beserta cara pencegahannya. Semoga bermanfaat. dan jika ada masukan atau tambahan silahkan kita sharing bersama untuk menambah dan labih memahami lagi tentang pembahasan diatas, wallohu ‘alam…..
(berbagai sumber)